Sengaja kita tampilkan disini yang membicarakan asal-usul hdup manusia bumi berdasarkan teori evolusi sebagai hasil capaian penyelidikan orang-orang barat pada mana dapat dilihat adanya faham materialisme yang menyatakan alam semesta telah terwujud sendirinya, menurut proses alamiah, tanpa penciptaan dan rencana tertentu oleh Yang Mahakuasa untuk kehidupan manusia.
Teori evolusi ini hampir-hampir meliputi seluruh masyarakat manusia bumi hingga sempat menyusup kedalam sekolah-sekolah yang mengajarkan agama Islam di mana faham materialisme harusnya sangat ditentang. Sampai-sampai kebanyakan anggota masyarakat dalam menanggapi sesuatu yang bersifat alamiah selalu didasarkan atas pandangan sarjana barat naturalisme. Mereka cenderung memperkirakan bahwa semua yang dikemukakan sarjana barat sebagai hal praktis dan benar berlaku. Bahwa mengenai keterangan yang menyangkut dengan bidang astronomi, pada pokoknya teori gravitasi “Newton dan Relativity Einstein memegang peranan penting, sementara yang sehubungan dengan biologi dan histori, maka teori evolusi Darwin bertindak selaku pedoman.
Edwin Hubble yang diberi nama julukan dengan Cosmic Pioneer dari California pada tahun 1949 telah memakai teleskop berukuran 100 inci dengan mana dia mendapat kesimpulan bahwa semua bimasakti di angkasa luas sedang bergerak ke segala arah tanpa kembali lalu dikatakannya semesta raya itu semakin meluas, expanding, dimulai oleh suatu benda atau ataom raksasa , karenanya keadaan daerah ledakan itu, kini berupa angkasa hampa tanpa bintang.
Albert Einstein (1879-1955) yang dijuluki dengan Master of Cosmolog, dengan teori Relativitynya dinyatakan memperbaiki teori gravitasi Newton baik dalam bidang mikrokosmos, maupun dalam bidang makrokosmos. Dia sependapat dengan Hubble tentang Big Bang teori yang menyatakan semua bimasakti (galaksi) yang masing-masingnya terdiri dari jutaan bintang, semuanya bergerak melengkung 360 derajat, hingga semesta raya tidak meluas dan akhirnya bimasakti-bimasakti itu kembali pada titik ledakan bermula. Karenanya dikatakan oleh sarjana itu keadaan semesta dalam statik.
Tetapi kedua orang ini sepakat dalam pendapat bahwa setiap bintang senantiasa membuang energinya ke angkasa luar berbentuk partikel-partikel atom yang kemudian, disebabkan tarikan graviatsi masing-msingnya, berkumpul kembali lalu menciut, mengerut, hingga akhirnya membentuk bintang baru dengan planet-planet yang mengitari. Seterusnya dalam berjuta tahun, bintang baru terbentuk ini meledak pula lalu mengambang di angkasa luas untuk membentuk bintang baru kembali, dan seterusnya berulang kali. Karenanya, dengan keadaaan demikian, Terdapatlah bintang yang baru lahir, yang sudah dewasa, dan yang sedang menghilang.
Padahal penganut teori Bing Bang tidak akan sanggup menerangkan :
Kiranya teori relativity Einstein ini wajar mendapat tanggapan negatif dari kalangan Kristen sendiri seperti yang dimuat pada Reader’s Digest bulan Juni 1969 dengan judul “What the Bible says to me” yang telah kita kutipkan pada pasal terdahulu.
Sementara itu Werner Heisenberg dari Munich University, pada tahun 1925 telah merumuskan suatu teori baru tentang quantum Mekanik. Sistem ini menerangkan bentuk atom melalui suatu formula yang didasarkan atas frekuensi dan intensitas dari garis-garis spektrum yang dapat dilihat dan diukur. Heisenberg menantang konsep planetary electrons dari Roherford dan Bohr, juga menyatakan bahwa teori Newton tentang astronomi tidaklah berlaku pada fisika atom. Dia memperagakan bahwa tidaklah mungkin untuk memperinci dengan ketepatan sempurna pada waktu yang sama tentang keduanya yaitu posisi dan velocity dari suatu partikel atom tertentu. Sehubungan dengan teori baru ini yang mengubah keseluruhan pengetahuan fisika, maka Sir Arthur Stanley Eddington (1882-1944) seorang Orifessir astronomy di Cambridge menamakan teori Heisenberg tersebut dengan The Priciple of Uncertainty, atau prinsip tentang ketidaktentuan.
Selanjutnya perhatikanlah pula perkembangan baru yang berlaku pada tahun 1974 dalam bidang fisika dan astronomi, yaitu pendapat Dr. Berhrem Kursunoglu, Direktur Pusat Theoritical Studies pada University Miami USA yang menerangkan bahwa semesta raya bukanlah bermula dari ledakan atom raksasa tetapi dengan partikel-partikel yang sangat kecil. Teori baru ini dikemukakannya dengan bukti-bukti tersusun komplit, cukup menantang teori Einstein. Kemudian itu para ahli di Johnson space Centre Houston. Texas, dan tempat-tempat lain bersama-sama mempelajari teori baru itu untuk mengambil sikap menerima atau menolaknya.
Perincian teori Dr. Berhram ini ialah sebagai berikut :
Dari teori Dr. Behram diatas ini dapat dilihat adanya data-data yang hampir membenarkan keterangan Alquran bahwa semesta raya dimulai dengan penciptaan partikel-partikel yang membentuk atom hydorgen oleh ALLAH Subhaanahu wa Ta’ala. Atom itu dikenal dalam bidang fisika sebagai atom asal bagi seluruh benda konkrit. Hydrogen memperganda dirinya dengan ketentuan ALLAH membentuk berbagai elemen lain yang kemudian berkumpul menjadi molekul-molekul benda angkasa, begitupun semua yang dapat dicapai pancaindera. Jadi bukanlah semesta raya itu dimulai dari ledakan atom raksasadimana noktah-noktah tanpa susunan menurut Big Bang Theory.
Alquran pada ayat 79/31 dan 87/4 menerangkan bahwa dari semua benda angkasa itu keluar suatu yang dinamakan dengan Mar’a, tidak mengandung aliran listrik. Hydrogen selaku atom asal memang terdiri dari dua unsur yaitu Almaa dan Mar’a yang oleh sarjana barat dinamakan dengan Proton dan Elektron. Kedua unsur ini tidak mungkin dilihat dengan memakai teropong manapun karena terlalu halus sekali, maka ukuran, bentuk, dan aktivitas dari kedua unsur itu hanyalah didasarkan orang atas dugaan dari gejala yang berlaku.