KOMPAS.com- Pada bulan April 1953, James Dewey Watson dan Francis Harry Compton Crick mempublikasikan salah satu temuan paling berharga di abad XX. Mereka mendeskripsikan tentang struktur DNA yang dikatakan sebagai double helix.
Penemuan itu membimbing ilmuwan lain untuk mendeskripsikan mekanisme repilkasi DNA, dan bagaimana informasi genetik diturunkan. Penemuan itu juga menjadikan keduanya sebagai pemenang Nobel Kedokteran pada tahun 1962.
Struktur DNA dalam pandangan Watson dan Crick bisa dikatakan seperti dua lembar pita. Dalam untaian pita itu, terdapat molekul-molekul gula deoksi-ribosa yang terikat satu sama lain dengan ikatan fosfat.
Di antara dua pita DNA, juga terdapat basa nitrogen yang saling berpasang-pasangan, terikat dengan ikatan hidrogen. Basa nitrogen Sitosin berpasangan dengan Guanin, sementara Adenin berpasangan dengan Timin.
Selama bertahun-tahun, struktur seperti yang dideskripsikan Watson dan Crick dipercaya sebagai satu-satunya struktur DNA yang mendukung kehidupan, hingga akhirnya para ilmuwan menemukan bakteri arsenik. Maka, munculah struktur lain sebagai alternatif.
Struktur alternatif itu bukan hendak menggugurkan struktur yang dideskripsikan Watson dan Crick, tetapi hendak memberitahukan bahwa struktur DNA yang selama ini dipercaya bukanlah satu-satunya yang mendukung kehidupan.
Dalam struktur DNA arsenik, basa nitrogen dan pola pasangannya sama dengan struktur DNA biasa. Namun, perbedaannya ada pada struktur rantai utama DNA atau yang sering disebutbackbone of DNA.
Pada struktur rantai utama itu, molekul gula deoksi-ribosa tidak terikat satu sama lain dengan ikatan fosfat. Kedudukan fosfat dalam bagian tersebut digantikan oleh arsenate, gabungan molekul arsenik dan oksigen.
Struktur DNA arsenik bisa ditemukan pada bangsa bakteri Halomonadaceae strain GFAJ-1 yang baru-baru ini ditemukan di Danau Mono, California, Amerika Serikat. Adanya struktur DNA macam ini mencerahkan pikiran para astrobiolog.
Penemuan struktur DNA arsenik mengajak para astrobiolog yang hendak mencari keberadaan makhluk hidup di luar angkasa untuk berpikir ulang metode yang digunakan. Astrobiolog harus terbuak terhadap segala macam kemungkinan.
“Salah satu petunjuk dalam mencari makhluk hidup di planet lain adalah melihat unsur-unsur yang terdapat. Temuan ini mengajak kita untuk berpikir lebih keras tentang elemen-elemen yang harus dilihat,” kata Ariel Anbar, ahli astrobiologi dan biokimia dari Arizona State University.
Temuan terbaru tentang bakteri arsenik dipublikasikan dalam Jurnal Nature yang terbit tanggal 2 Desember 2010. Penelitiannya sendiri dilakukan oleh tim astrobiologi Lembaga Antariksa Amerika Serikat (NASA).